Welcome Selamat Datang di My Blogspot http://pangearunbiru.blogspot.com/?m=0

Indonesia Di Jajah 3.5 Abad Hanya Karena Sebuah Buku berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien


Tahukah Anda bahwa karena sebuah bukulah maka
bangsa Belanda bisa sampai di Nusantara dan
melakukan penjajahan atas bumi yang kaya raya ini
selama berabad-abad? Buku tersebut berjudul Itinerario
naer Oost ofte Portugaels Indien , yang ditulis Jan
Huygen van Linshoten di tahun 1595.
Inilah kisahnya:
Jauh sebelum Eropa terbuka matanya mencari dunia
baru, warga pribumi Nusantara hidup dalam kedamaian.
Situasi ini berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai
berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa
pasukan tempur lengkap dengan senjatanya. Hal yang
ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia
masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus
yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang
mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem
dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua,
Paus Alexander VI.
Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang
Eropa tentang peradaban yang jauh lebih unggul
ketimbang mereka. Eropa mengalami pencerahan akibat
bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang
Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum Eropa berani
melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia
sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa
melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Bahkan
kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam
ritual pembalseman para Fir’aun di Mesir pada abad
sebelum Masehi, didatangkan dari satu kampung kecil
bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera
tengah.
Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa
mengetahui jika ada satu wilayah di selatan bola dunia
yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang
tidak terdapat di belahan dunia manapun. Negeri itu
penuh dengan karet, lada, dan rempah-rempah lainnya,
selain itu Eropa juga mencium adanya emas dan batu
permata yang tersimpan di perutnya. Tanah tersebut
iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah.
Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama
Nusantara. Mendengar semua kekayaan ini Eropa sangat
bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini
belum pernah didapatkannya.
Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat
resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan
Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya
perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya
membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua
kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam
perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis
lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua
kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru—kini disebut
Benua Amerika—kepada Spanyol. Afrika serta India
diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis
demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari
Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan
Portugis. Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur
jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua.
Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur,
keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda.
Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba
memperbanyak harta rampokan berjumpa tepat di satu
titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di
Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan
diri. Pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal
membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis
anti-meridian atau garis sambungan pada setengah
lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari
Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan
Maluku, di sekitar Guam.
Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa
banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropa
mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba
untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru
di selatan. Ketika Eropa mengirim ekspedisi laut untuk
menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan,
peperangan, dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak
ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini sampai
sekarang kita kenal dengan sebutan “Tiga G”: Gold,
Glory, dan Gospel. Seluruh penguasa, raja-raja, para
pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri
selatan yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-
lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang,
saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang
secara utuh dan detil memuat jalur perjalanan dari Eropa
ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai Hindia
Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan
India, sedangkan daerah di sebelah timurnya masih
gelap.
Dibandingkan Spanyol, Portugis lebih unggul dalam
banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis yang merupakan
tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of
Christ), dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta
terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut menuju Asia
Tenggara. Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda
yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropa.
Namun ibarat pepatah, “Sepandai-pandainya tupai
melompat, akhirnya jatuh juga”, maka demikian pula
dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut
Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja
lama pada pelaut-pelaut Portugis mengetahui hal ini.
Salah satu dari mereka bernama Jan Huygen van
Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku
berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien,
Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang
memuat berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai
jalur pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur,
lengkap dengan segala permasalahannya.
Buku itu laku keras di Eropa, namun tentu saja hal ini
tidak disukai Portugis. Bangsa ini menyimpan dendam
pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah,
Belanda akhirnya mengetahui banyak persoalan yang
dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga
rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya. Para
pengusaha dan penguasa Belanda membangun dan
menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan
segera, agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan
yang kaya raya, dan tidak kalah dengan kerajaan-
kerajaan Eropa lainnya.
Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi
pertama menuju Nusantara yang disebutnya Hindia
Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan
249 awak dipimpin Cornelis de Houtman, seorang
Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis di
Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de
Houtman mendarat di pelabuhan Banten yang merupakan
pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu
menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura,
dan lainnya. Kepemimpinan de Houtman sangat buruk.
Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada
orang-orang pribumi dan juga terhadap sesama
pedagang Eropa. Sejumlah konflik menyebabkan dia
harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya,
sehingga ketika mendarat di Belanda pada tahun 1597,
dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau
demikian, tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-
rempah dan benda berharga lainnya.
Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang de
Houtman yang tidak cakap memimpin saja bisa
mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang
dan armada yang jauh lebih unggul. Kedatangan kembali
tim de Houtman menimbulkan semangat yang menyala-
nyala di banyak pedagang Belanda untuk mengikut
jejaknya. Jejak Houtman diikuti oleh puluhan bahkan
ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada
mereka ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun
saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu
berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun
1945.Semoga menambah wawasan kita semua.

No comments: